5 Mei 2016

POHON TABIAT

       Hati itu ibarat hamparan ladang yang begitu luas. Apapun bisa ditanam di dalamnya. Bahkan yang yang tidak ditanampun juga ikut tumbuh bersamanya. Lazimnya seorang petani yang yang baik, maka petani itu harus mengenali karakter tanah di ladangnya. Mengenali juga tanaman yang tumbuh. Mana tanaman yang bermanfaat, mana tanaman yang tidak bermanfaat. Mana tanaman yang merugikan dan mana tanaman yang tidak merugikan. Mana tanaman yang membayakan dan mana tanaman yang tidak membahayakan. Petani yang baik hanya akan merawat dengan baik tanaman yang jelas manfaatnya, jelas kegunaannya, jelas fungsinya.
       Petani yang baik akan selalu waspada terhadap apapun yang nantinya akan mengganggu dan berpengaruh buruk terhadap tanaman-tanaman yang bermanfaat itu. Jika tanaman yang tidak baik itu sudah terlanjur tumbuh di ladangnya maka dia segera mencabut atau menebangnya agar kelak dia tidak menyesal karena telah membiarkan tanaman yang tidak diinginkan itu memenuhi ladangnya.
Saudaraku...
       Demikian juga dengan kehidupan kita. Kita semua adalah 'petani' di ladang hati kita sendiri. Allah sudah memberikan ladang hati yang sangat luas itu kepada kita. Betapa luar biasanya andai kita senantiasa bersemangat menggarap ladang hati itu dengan menamam dan merawat aneka tanaman yang semestinya tumbuh dengan baik di hati kita. Dengan begitu kita tidak akan sia-sia. Kelak kita benar-benar akan bisa memetik hasil panenannya.
Saudaraku...
       Perihal tanaman yang tidak baik yang sudah terlanjur tumbuh besar di hati kita memang kita harus bersegera untuk menebangnya. Agar kita tidak mengalami nasib seperti yang digambarkan oleh Maulana Jalaluddin Rumi berikut ini: "Alkisah, ada seorang pria yang menanam pohon berduri di jalan dekat rumahnya. Orang-orang sudah memperingatkannya agar memotong pohon berduri itu. Setiap kali diingatkan, orang itu selalu mengatakan bahwa ia akan memotongnya besok. Namun sampai orang itu tua, pohon itu belum dipotong juga. Seiring dengan waktu, pohon berduri itu bertambah besar. Ia menutupi semua bagian jalan. Duri itu tidak saja melukai orang yang melalui jalan, tapi juga melukai pemiliknya. Orang tersebut sudah sangat tua. Ia menjadi amat lemah sehingga tidak mampu lagi untuk menebas pohon yang ia tanam sendiri. Dari kisah yang banyak dikutip orang itu, Maulana Rumi memberikan nasihatnya, "Dalam hidup ini, kalian sudah banyak sekali menanam pohon berduri dalam hati kalian. Duri-duri itu bukan saja menusuk orang lain tapi juga dirimu sendiri. Ambillah kapak, potonglah seluruh pohon berduri itu sekarang sebelum kalian kehilangan tenaga sama sekali."
Saudaraku...
       Seluruh tabiat yang buruk, ibaratnya seperti pohon yang berduri itu. Seiring bertambahnya waktu bertambah pula kekuatannya. Seiring bertambahnya usia, bertambah pula cengkeraman akarnya. Tak ada lagi waktu yang lebih tepat untuk menebang pohon berduri di hati kita itu selain saat ini. Sebab pohon keburukan itu akan semakin kuat, sementara tenaga kita bertambah lemah. Tenaga kita terus melemah, jangan sampai kita kehilangan waktu dan kekuatan untuk menebangnya. Sebab jika demikian maka betapa menyesalnya, betapa meruginya. 
Wallahu a'lam bish-shawab
 -------------------------------------------
Malang, 4 Maret 2016
VINAN VIYUS

0 comments:

Posting Komentar