26 Des 2007

KOMPETENSI SEJATI

Sang Guru Dan Sang Aktor

Meminjam istilah pakar pendidikan Arif Rahman Hakim dalam buku “Mukjizat Abad 20: Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Qur'an” bahwa keteladanan adalah kunci utama dalam proses pendidian, tanpa keteladanan maka pendidikan hanya akan menjadi "transformative of knowledge" bukan "transformative of value". Disini peran guru sebagai actor dalam menjalankan proses belajar mengajar di pertaruhkan. Menjadi actor tentu harus menjalankan semua peran sesuai dengan tuntutan sekenario agar pesan yang disampaikan tepat sasaran. Menonton televisi menjadi pilihan agenda acara kita yang menarik di kala kesibukan sudah berubah menjadi kejenuhan.

Siaran televisi siap membawah dalam suasana yagn emotional: suka, duka, tawa, lara, marah, menangis, haru dan sebel menjadi satu. Terkadang memunculkan kebencian yang rasanya ingin dilampiaskan dengan memukul sang actor yang muncul di layar televisi. Kondisi seperti cerita diatas, tentunya tidak lepas dari keberhasilan produser, sekenario dan sang actor dalam menjalin interaktif dengan pemirsah. Sehingga pesan-pesan positif mudah di terima pemirsah tanpa merasa di gurui.

Kembali kepada actor, untuk menyajikan kronologis/alur cerita/adegan yang sesuai dengan sekenario perlu di dukung dengan keprofesionalan sang actor. Audisi/pemilihan actor untuk menempatkan karakter sesuai dengan peran yang akan di lakoninya menjadi hal yang sangat menentukan. Karena ada kedekatan amtara peran menurut sekenario dengan karakter sesungguhnya sang actor, dari sini sejenak kita bisa menilai karakter sesungguhnya sang actor antara menjalankan acting dengan kehidupan realitanya. Ketika korelasi ini digunakan tentu mereka yang berperan antagonis tidak bisa menerimanya. Pemeran antagonis pasti mengatakan ini sekedar peran, sebagai actor professional harus bisa menjalankan semua tuntutan sekenario. Tetapi kalau dipikir-pikir pasti ada keterbatasan untuk menjalankan peran yang dilakoninya, karena harus menyesuaikan dengan pribadi sang actor, yang mana pribadi yang terkspose biasanya hanya satu. Sehingga kita bisa menjuluki seseorang dengan si-sabar, si-pemarah, si-pemalu dan yang lain

Hemm !!!!! semakin bingung aku di buat dengan tulisan ini. Sebenarnya mau menjadi artis apa menjadi guru sih!!!!.

Menilai Sang Aktor Sejati
Sering kita simpati pada sang actor yang mendapat peran baik, seolah-olah makhluk yang sempurna dengan kelebihan yang dimilikinya, seandainya kembali kejaman perang mungkin dialah sang pahlawan kita. Terkadang juga kita tanpa sadar bersikap apriori terhadap sang actor yang mendapat peran antagonis, sampai ada cerita pemirsah yang terbawah dengan kehidupan film, yang marah-marah kepada actor antagonis. Padahal sang actor berada di kehidupan nyata, lagi belanja di mall he he he ….
Kelihatanya kita harus berfikir objektif dengan menguji simpatik dan apriori kita terhadap sang actor, tentunya indicator yang pas untuk menilainya adalah dengan melihat kehidupan sang actor di masyarakat bukan di dunia film. Maaf sebelumnya, kalau harus belajar dari kesalahan orang lain. Masih ingat di benak kita aktor kawakan yang sempat melejit karena membintangi film “Cintaku diKampus Biru” . Siapa yang tidak kenal dengan artis ini bertahun-tahun mendapat simpatik di hati masyarakat karena peran yang di lakoninya. Simpatik itu tiba-tiba sedikit pudar hanya karena sedikit lalai dengan kehidupan yang realita, atau bahkan simpatik telah merubah menjadi apriori. Kondisi seperti ini tentu sulit bagi sang actor untuk menjalankan pesan-pesan positif yang dikemas dalam dunia film. Seandainya dia di percaya lagi.
Pada akhirnya untuk menjadi actor yang ada di hati pemirsah tidak hanya piawai dalam mejalankan peran-peran baik maupun antagonis sesuai dengan tuntutan sekenario. Akan tetapi untuk menjadi actor yang sejati harus mampu menjalani kehidupan realita. Tentunya sesuai dengan sekenario: agama, hukum dan budaya yang berlaku. Disini penulis mengistilahkan harus memiliki “Kompetensi Sejati”.

*********
Maaf coretan diatas masih bicara tentang sang actor untuk sang guru Insya Allah di Post berikutnya.(intinya aku mau bilang ini artikel bersambung……. Emang ada yaaaaa?).

2 comments:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
skripsi teknik sipil mengatakan...

kren nc bungg..

Posting Komentar