15 Feb 2008

ASKAR WATANIA


ANTARA NASIONALISME DAN EKONOMI

Entah sampai kapan negeri ini selalu di berdaya negeri jiran (tetangga) Malaysia. Mulai dari penyiksaan Tenaga Kerja Indonesia yang tidak kunjung berakhir, pemukulan wasit karate dari Indonesia, bahkan kini tidak hanya menyentuh personal melainkan sudah menyangkut harkat dan martabat bangsa.

Masih belum hilang dari ingatan kita klaim Malaysia atas beberapa seni dan budaya Indonesia: lagu rasa sayange, reog ponorogo dan batik yang membuat Rakyat Indonesia geram dengan menyebut Malaysia sebagai “Malingsia”.

Tidak puas dengan seni dan budaya, Malaysia mampu memperdaya Indonesia melalui pertahanan dengan menjadikan warga Indonesia yang tinggal di perbatasan Malaysia-Indonesia sebagai tentara cadangan Malaysia (Askar Watania) bahkan sudah sempat latihan bersama dengan TNI.

Nasionalisme dan ekonomi selalu bertentangan di hati rakyat Indonesia. Maksud hati ingin mempertahankan nasionalisme apala daya mempertahan kan hidup lebih penting. Maksud hati igin mempertahankan hidup di negeri sendiri apala daya itu juga masih belum cukup. Pada akhirnya rakyat Indonesia memilih mempertahankan hidup meskipun harus menjual nasionalisme yang tidak pernah mereka sadari. Sebenarnya tidak ada maksud menjual nasionalisme hanya rakyat Indonesia tidak mau merepotkan atau menjadi beban para pemimpin Indonesia. Kalau “Nyonya Meneer berdiri sejak tahun 19--” maka kebaikan rakyat indoneia sejak adanya istilah “Tahun” di bumi ini. Namun yang menjadi sedih, kebaikan dan keramah tamahaan rakyat Indonesia tidak hanya dimanfaatkan oleh orang asing melainkan orang pribumi sendiri.

Para pemimpin tidak lagi disibukkan untuk memikir: Ketuhanan Yanga Maha Esa, Kemanusian yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Para pemimpin hanya disibukkan dengan kasusnya masing-masing dan yang lebih parah justru minta bantuan rakyat dalam menyelesaikan kasusnya. Sesuatu hal yang merobek hati “kok masih ada rakyat yang baik hati di dunia ini, rakyat memikir pemimpinnya, sementara pemimpin melupakan rakyatnya”.

Rakyat rindu nasionalisme dan ekonomi tidak lagi sesuatu hal yang dipertarungkan, sehingga tidak terjadi dilema dihati rakyat.

***

1 comments:

blogbiasasaja mengatakan...

saya tidak bisa membayangkan bagaimana cara malaysia berfikir. sudah banyak yang mereka ambil dari kita!!! pulau, hak patent batik, samapai sekarang orang indonesia sendiri diambil untuk membela mereka dan bermaksud berhianat kepda negranya sendiri

Posting Komentar